Senin, 22 Oktober 2012

TUGAS TAMBAHAN MINGGU KE-3 (ETIKA PROFESI AKUNTANSI)



NAMA           : HERLINA SARI
NPM               : 25209341
KELAS          : 4 EB 13


TEMUAN  MENCENGANGKAN MENGENAI NATA DE COCO

Oleh : Harini Rahmi
            Air kelapa muda yang manis dan menyegarkan serta daging buahnya yang berstruktur lembut dan sedikit kenyal membuat buah kelapa sering kali menjadi pilihan banyak orang untuk melepas dahaga. Namun kelezatan buah kelapa ini tak dapat dinikmati oleh seluruh warga bumi karena faktanya pohon kelapa tidak dapat hidup di setiap tempat. Sebagai alternatifnya maka buah kelapa kemudian diolah oleh tangan-tangan kreatif menjadi nata de coco yakni sari air kelapa yang di fermentasi dengan menambahkan beberapa bahan lainnya seperti mikroba acetobacter xylinum  sehingga berubah menjadi padat dan memiliki daya tahan lebih lama daripada air kelapa. Rasanya yang manis, kenyal, dan enak membuat nata de coco menjadi salah satu product yang dewasa ini sangat diminati oleh berbagai kalangan di seluruh penjuru bumi.
            Kehadiran nata de coco kembali mencuri perhatian orang-orang kreatif di dunia kuliner untuk memadupadankan nata de coco dengan bahan lainnya sehingga mampu menjadi product baru atau pelengkap product yang sudah ada. Inilah mengapa nata de coco kita jumpai sebagai pelengkap agar-agar sehingga memiliki tampilan dan rasa yang lebih menarik dan enak. Selain agar-agar, nata de coco juga dijadikan pelengkap untuk sop buah, es buah, bahkan es teler.
            Nata de coco ternyata tak hanya diproduksi oleh pabrik-pabrik besar dan terkenal di Indonesia, melainkan juga diproduksi oleh industri-industri rumahan sehingga kita seringkali menemukan nata de coco dalam berbagai kemasan yang di jual di warung-warung dan minimarket di sekitar kita. Berbekal uang Rp. 1.000,- anak-anak telah dapat menikmati sebungkus sebungkus nata de coco yang dikemas dalam aneka varian rasa seperti anggur, jeruk, apel, melon, dan strawberry. Bahkan es buah yang dilengkapi dengan nata de coco pun dapat diperoleh dengan membayar senilai seribu rupiah saja.  Inilah mengapa nata de coco mampu menjangkau lebih banyak orang sehingga peminat nata de coco terus bertambah seiring berjalannya waktu.
            Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh tim reportase investigasi yang mana dilengkapi dengan uji laboratorium yang dilakukan di laboratorium  teknologi pangan UNPAS, akhirnya ditemukan sejumlah fakta sebagai berikut :
·         8 dari 10 sampel nata de coco yang di pilih secara acak  di pasaran [pasar tradisional, warung, dan supermarket] terbukti mengandung  Hidrogen Peroksida [H2O2], yakni cairan bening, agak lebih kental daripada air,yang merupakan oksidator kuat. Hidrogen Peroksida dimanfaatkan sebagai pemutih [bleach] sehingga nata de coco yang dicampurkan dengan zat ini akan mengubah warna nata de coco yang semulanya putih kekuningan [broken white] menjadi berwarna putih bersih dan lebih menarik. Faktanya, penggunaan hidrogen peroksida dalam makanan justru tidak dibenarkan karena zat ini mudah bereaksi [oksidan kuat] dan korosif. Bahkan dari 10 sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut ternyata terdapat pula merk yang sudah terkenal dan produknya tersusun rapi di rak-rak supermarket dan mall.
·         Dari penuturan salah satu produsen nata de coco lokal [nama dan wajahnya dalam acara tersebut di samarkan] diperoleh informasi bahwa pembuatan nata de coco sering kali menggunakan bahan baku [air kelapa] yang baunya sudah busuk. Kelangkaan buah kelapa dan alasan menghemat biaya produksi membuat mereka tak lagi menghiraukan kualitas nata de coco. Agar nata de coco memiliki daya tahan lebih lama maka mereka juga mencampurkan nata de coco dengan pijer istilah lain yang digunakan untuk boraks atau natrium benzoat [zat pengawet]. Mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium benzoat secara berlebihan akan memacu pertumbuhan sel kanker, berpotensi untuk menimbulkan penyakit degenerasi saraf serta merupakan zat yang menyebabkan timbulkan penyakit LUPUS.
            Tak hanya itu, guna memenangkan persaingan dengan perusahaan berskala nasional maka mereka menggunakan gula sintetik sebagai penganti gula alami sehingga harga jual nata de coco mereka lebih murah. Gula sintetik mengandung senyawa yang membuatnya tidak dapat dimetobolisme secara maksimal oleh tubuh. Gula sintetik memiliki ciri yakni akan ada rasa bawaan yang terasa pahit ketika kita menelannya. Jadi mengkonsumsi nata de coco yang diproduksi dengan bahan-bahan yang tidak dianjurkan tentunya membuat kita seperti mengkonsumsi racun yang lama-kelamaan akan mengurangi daya tahan tubuh dan berujung kepada penyakit berbahaya.
            Meski demikian, tidak semua nata de coco mengandung zat-zat berbahaya, untuk itu kita harus jeli dalam memilih  nata de coco. Berikut tips memilih nata de coco yang bebas pengawet :
- Pilihlah nata de coconya berwarna broken white [putih agak kekuning-kuningan]. Nata de coco yang berwarna putih justru merupakan tanda menggunakan  Hidrogen Peroksida [H2O2].
- Nata de coco yang tidak menggunakan boraks adalah nata de coco yang kenyal dan ketika ditekan, maka dia tidak membalik normal dengan segera. Nata de coco yang mengandung boraks ketika di tekan dia akan membalik ke posisi awal dengan segera [jadi dia tak hanya kenyal tetapi juga tegang/kaku].
            Tidak teliti, bisa-bisa kita justru terkecoh dalam membeli dan akhirnya mengkonsumsi buah yang rasanya segar dan enak tetapi sarat dengan zat-zat kimia berbahaya yang justru membuat pertahanan tubuh kita bobol sehingga rentan terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Budaya hidup yang ingin segala sesuatunya instan dan praktis membuat kita lebih memilih untuk membeli olahan buah yang siap saji seperti sop buah, es kelapa, es buah, atau es teller.

SUMBER :
Acara reportase investigasi  14 dan 15 Juli 2012

PENDAPAT SAYA MENGENAI ARTIKEL DI ATAS :
            Di zaman sekarang ini memang cukup sulit untuk mencari makanan atau minuman yang sehat dan terbebas dari bahan-bahan berbahaya. mulai dari proses penanamannya saja sudah banyak yang menggunakan pestisida dan bahan kimia yang merangsang agar tanaman tersebut cepat panen, bahan kimia ini tidak baik untuk tubuh. Banyak juga para produsen makanan atau minuman yang berbuat curang, agar dapat menekan biaya produksi dan bisa dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar, dengan menambahkan bahan-bahan yang berbahaya seperti boraks, natrium benzoate, pewarna tekstil, Hidrogen Peroksida [H2O2] , dan zat-zat bahaya lainnya. Mereka tidak peduli dengan reisko yang dapat timbul apabila makanan atau minuman tersebut terus-terusan dikonsumsi oleh konsumen, yang mereka pikirkan hanya bagaimana meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Padahal bahan-bahan berbahaya tersebut apabila terus menerus di konsumsi dan masuk ke dalam tubuh manusia dapat menimbulakn berbagiai macam penyakit berbahaya seperti kanker, penyumbatan usus, ginjal, dan lain-lain Tentu saja hal ini sudah melanggar etika bisnis dan sangat merugikan masyarakat konsumen. Namun tidak semua pedagang makanan dan minuman yang berbuat curang, karena sebagian besar pedagang masih mempunyai sifat jujur dan taat akan hokum perdagangan di Indonesia.
            Saran saya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu :
·         Harus ada kesadaran dari para penjual untuk menjual makanan dan minuman yang bebas dari bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh. Mungkin cara untuk menyadarkan penjual yang nakal tersebut yaitu pemerintah harus membuat peraturan yang melarang keras penjualan bahan-bahan kimia yang berbahya tersebut kepada pedagang tanpa surat izin yang resmi, perlu diadakannya investigasi mendadak kepada sejumlah sampel makanan dan minuman yang dijual oleh para produsen untuk di teliti kandungan bahan dalam makanan dan minuman tersebut, memberikan sanksi yang tegas kepada para produsen atau penjual yang terbukti melakukan kecurangan dalam makanan dan minuman yang mereka jual, dan rajin memberikan penyuluhan atau bimbingan bagaimana cara menjadi produsen atatu penjual yang jujur tetapi tetap dapat menghasilkan keuntungan.
·         Sebaiknya konsumen harus lebih teliti dalam membeli kebutuhannya. cari tahu bagaimana cirri-ciri makanan yang layak untuk di konsumsi, agar mereka tidak salah membeli. serta jangan biasakan budaya hidup yang ingin segala sesuatunya instan dan praktis. Alangkah lebih baik bila kita yang mengolah dan menyajikan sendiri makanan atau minuman tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar