TUGAS
WAJIB MINGGU 2
NAMA : HERLINA SARI
KELAS : 4 EB13
NPM : 25209341
LINGKUNGAN
BISNIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIKA
Setiap bisnis memiliki
satu tujuan yang sama, yaitu dapat
tumbuh berkembang dan menghasilkan keuntungan.Untuk melakukan itu, kinerja dan
perilaku semua karyawan di perusahaan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada kesuksesan
perusahaan.Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal di luar bisnis.Pemilik usaha perlu menyadari faktor-faktor dan untuk
melihat perubahan perilaku karyawan yang
dapat sinyal masalah, diantaranya yaitu :
a. Budaya Organisasi
Budaya
organisasi mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan
perusahaan dan otonomi / pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. Budaya perusahaan
dapat memberikan dampak positif yaitu dapat membantu karyawan menjadi lebih
produktif dan bahagia. Namun budaya perusahaan juga dapat memberikan dampak
negatif, yaitu dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan
pencurian atau vandalisme.
b. Ekonomi Lokal
Melihat
seorang karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian
setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara
keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi
lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi
takut dan cemas tentang memegang pekerjaan mereka.Kecemasan ini mengarah pada
kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian. Dalam beberapa
karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat menjadi faktor
pendorong untuk melakukan yang lebih baik.
c. Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi
karyawan tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal
dapat mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa
perusahaannya dianggap curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu.
Ini adalah kasus hidup sampai harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai
pilar masyarakat dengan banyak goodwill, karyawan lebih cenderung untuk
menunjukkan perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari
mereka.
d. Persaingan di Industri
Tingkat
daya saing dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan
karyawan, terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan.
Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan
pemasok dapat menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih
banyak pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru
tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal
mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
KESALINGTERGANTUNGAN
ANTARA BISNIS DAN MASYARAKAT
Kesalingtergantungan
bekerja didasarkan pada relasi kesetaraan, egalitarianisme. Manusia
bekerjasama, bergotong-royong dengan sesamanya memegang prinsip kesetaraan. Tidak akan
tercipta sebuah gotong-royong jika manusia terlalu percaya kepada keunggulan
diri dibanding yang lain, entah itu keunggulan ras, agama, suku, ekonomi dsb...
Dalam masyarakat yang semakin maju, organisasi harus
dikelola secara efektif dan efisien. Pada dasarnya, organisasi yang mengelola
interaksi masyarakat dibagi menjadi organisasi profit dan nonprofit. Organisasi nonprofit lebih
berorientasi pada tujuan nilai sosial dengan lebih menekankan kegiatan
pelayanan pada kelompok masyarakat. Sedangkan organisasi profit lebih
menekankan pada tujuan mendapatkan keuntungan.
Bisnis merupakan
aktivitas yang meliputi pertukaran baarang, jasa, atau uang yang dilakukan oleh
2 pihak atau lebih dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau keuntungan. Dengan demikian,
dalam kegiatan bisnis tercipta suatu
hubungan sosial yang saling ketergantungan. Dalam perkembangan selanjutnya
bisnis tidak hanya menjaga tingkat keuntungan tertentu melainkan juga
berkepentingan untuk menjaga kelangsungan hidup sumber daya alam dan lingkungan
sosial.
Lingkungan bisnis
memiliki ketergantungan yang kuat dengan fenomena kehidupan ekonomi anggota
masyarakat yang lainnya, karena itulah bisniis mempunyai kepentingan untuk
mengelola pihak-pihak yang berasal dari latar belakang. Perusahaan tidak hanya
berhubungan dengan masyarakat melalui berbagai kebijakan, pada tingkat tertentu
perusahaan juga berhubungan dengan masyarakat melalui aktivitas-aktivitas yang
secara tidak langsung berhubungan dengan tindakan-tindakan untuk mencapai
tujuan dan misi.
SUMBER
:
Gugup Kismono., Bisnis Pengantar, Cet 1,
BPFE-Yogyakarta, 2001
KEPEDULIAAN
PELAKU BISNIS TERHADAP ETIKA
Korupsi, kolusi, dan
nepotisme yang semakin meluas di
masyarakat yang sebelumnya hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas sampai ke
daerah-daerah, yang merupakan bentuk moral hazard di kalangan elit politik dan
elit birokrasi. Hal ini mengindikasikan
bahwa di sebagian masyarakat kita telah terjadi krisis moral dengan
menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok
untuk eksistensi keberlanjutan kelompok.
Dalam kaitan dengan etika bisnis,sering kali terdapat perbedaan cara
pengimplementasian bisnis oleh setiap pelaku usaha itu sendiri. Beberapa pelaku
usaha memang sudah ada yang mampu menerapkan etika bisnis tersebut. Namun,
karena pemahaman dari masing-masing pelaku usaha mengenai etika bisnis
berbeda-beda selama ini, maka implementasinyapun berbeda pula, Keberadaan etika
dan moral pada diri seseorang atau sekelompok orang sangat tergantung pada
kualitas sistem kemasyarakatan yang melingkupinya. Walaupun seseorang atau
sekelompok orang dapat mencoba mengendalikan kualitas etika dan moral mereka,
tetapi sebagai sebuah variabel yang sangat rentan terhadap pengaruh kualitas sistem
kemasyarakatan, kualitas etika dan moral seseorang atau sekelompok orang sewaktu-waktu
dapat berubah. Akibatnya para pebisnis di
Indonesia tidak dapat lagi membedakan
antara batas wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum. Wilayah etika dan moral adalah sebuah wilayah pertanggungjawaban
pribadi. Sedangkan wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan pengadilan. Akan tetapi memang itulah kesalahan
kedua dalam memahami masalah etika dan moral di Indonesia. Pencampuradukan
antara wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum seringkali menyebabkan
kebanyakan orang Indonesia tidak bisa
membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan kaidah-kaidah etik dan moral, dengan perbuatan
yang masuk kategori perbuatan melanggar hukum. Sepert korupsi, penggelapan
pajak, pencemaran lingkungan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
ETIKA
BISNIS DAN AKUNTANSI
Etika
dalam berbisnis yaitu peraturan-peraturan yang ada saat kita melakukan
transaksi atau melakukan suatu perbisnisan. Contohnya saat kita melakukan
bisnis ada beberapa peraturan yang harus kita lakukan,diantaranya :
·
Cara
pelaku bisnis yang mampu mengendalikan diri untuk tidak melakukan curang.
·
Pengembangan
tanggung jawab social yaitu pelaku bisnis disini
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
"uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks
lagi yang dapat dikembangkan dan dimanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya
·
Mempertahankan Jati diri, dengan meningkatkan kepedulian terhadap
informasi dan teknologi yang ada.
·
Menciptakan persaingan yang sehat
·
Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
·
Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi
·
Mampu menyatakan yang benar itu benar
·
Menumbuhkan sikap saling percaya antara
golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah.
·
Konsekuen dan konsisten dengan aturan
main yang telah disepakati bersama
·
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati
·
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang
dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. Hal ini untuk menjamin
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi"
terhadap pengusaha lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar